Pages

Monday, June 14, 2010

Zohak Manusia Berlengan Ular (1) - Persia

Orang Persia percaya kepada dua dewa. Dewa kebaikan bernama Ormuz, dewa kejahatan bernama Ahriman. Ormuz menciptakan dunia dan semua yang baik dan indah. Sebaliknya Ahriman menciptakan semua yang buruk dan jahat. Waktu Ormuz menciptakan cinta, Ahriman menciptakan benci. Waktu Ormuz menciptakan kegembiraan, Ahriman menciptakan kesusahan. Waktu Ormuz menciptakan kesehatan, Ahriman mencipta­kan penyakit. Maka timbullah hal-hal yang berlawanan di dunia ini, damai perang, panas dingin, hidup mati, dan seterusnya.

Jaman purbakala, tanah Arab diperintah raja Merdas. Merdas berputera seorang laki-laki bernama Zohak. Zohak sangat pandai mengendarai kuda. Di seluruh tanah Arab tak ada yang dapat menandinginya. la lebih banyak duduk di punggung kuda, daripada berjalan di atas tanah. Tubuh Zohak sangat kuat, dan besar. Keberaniannya sungguh menga-gumkan. Oleh karena itu raja Merdas sangat mencintainya.

Ahriman mempunyai rencana jahat terhadap manusia. la mengutus setan yang bernama Iblis ke tanah Arab. Iblis menyamar sebagai kelana, dan menjumpai Zohak.

“Mengapa kau datang ke mari?” tanya Zohak kepada Iblis.

“Aku ingin melihatmu Zohak. Sebab namamu terkenal di seluruh dunia. Semua orang kagum akan putera raja Merdas. Semua orang kagum akan keberanian dan keluhuran budimu. Itulah sebabnya aku datang kemari,” jawab Iblis.

Zohak belum pernah mendapat pujian setinggi itu. Hatinya sangat senang dan ia percaya akan kata Iblis. la menjadi tertarik kepada kelana dari negeri jauh itu.

“Zohak, ada rahasia besar yang akan kukatakan kepadamu,” kata Iblis.

“Tapi kau harus bersumpah mau menyimpan rahasia ini, dan patuh pada perintahku.”

“Ya, aku mau bersumpah. Demi dewa Ormuz aku bersumpah patuh kepada perintahmu,” jawab Zohak, yang ingin sekali mengetahui rahasia besar.

“Zohak, ayahmu sudah tua. Sebentar lagi mati. Kau lebih tepat jadi raja. Penggallah kepala Merdas, re­but tahta dan kerajaannya,” bujuk Iblis.

“Apa katamu? Aku kau suruh memenggal kepala ayah? Ayah orang baik, raja baik, dan selalu baik terhadapku!” jawab Zohak.

“Percayalah kepadaku. Jika kau patuh pada perintahku, tak lama kemudian seluruh dunia menjadi milikmu!”

Godaan ini terlalu besar bagi Zohak. Namun ia berkata, “Aku tak bisa membunuh ayahku sendiri. Carikan cara lain yang lebih baik.”

Tiba-tiba suara Iblis berubah. Suara kelana berubah jadi suara majikan yang kejam.

“Tak ada cara lain. Kau jangan banyak mulut. Kau sudah bersumpah, mau patuh kepada perintahku,” kata Iblis.

Aneh sekali, Zohak yang keberaniannya mengagumkan, kali ini merasa takut kepada seorang kelana.

la membungkuk dan berkata, “Ya, aku akan patuh kepadamu.”

Raja Merdas suka sekali berjalan-jalan di taman pada petang hari. Para pengawal harus mengawasi dari jauh, karena raja ingin menyendiri. la tidak ingin diganggu orang. Raja suka kepada suasana sepi dan tenang pada petang hari. la suka menyaksikan matahari terbenam, dan warna langit yang kuning kemerah-merahan. la berjalan di antara bunga-bunga yang harum baunya. Kadang-kadang matanya menengadah memandang ke langit. Bintang-bintang satu persatu bermunculan. Cuaca menjadi remang-remang, dan sebentar kemudian agak gelap.

Iblis membuat sumur sangat dalam di tengah taman. Mu­lut sumur ditutup jerami dan rumput. Raja tidak sadar, bahwa ajal sudah dekat. Waktu kakinya menginjak jerami, terperosoklah ia ke dalam sumur. la menjerit, dan para pengawal terkejut. Mereka datang membawa tangga, tali, dan lampu. Tapi terlambat, raja sudah wafat.

Sekarang Zohak naik tahta. Sungguh senang jadi raja. Semua orang patuh pada perintahnya.

Iblis datang dan berkata, “Bagaimana perasaanmu? Senang, bukan? Kau pasti menyetujui caraku membunuh ayahmu.”

“Aku sangat gembira karena bantuanmu. Aku tak perlu membunuh ayah dengan tanganku sendiri. Sebenarnya aku senang ayah meninggal. Karena dengan demikian aku jadi orang tertinggi di seluruh kerajaan,” jawab Zohak.

“Kalau kau sabar. sebentar lagi kau merajai seluruh dunia,” sambung Iblis.

Iblis meninggalkan istana, dengan alasan akan melanjutkan perjalanan. Zohak menjadi raja, dan memerintah sesuka hatinya. Beberapa waktu kemudian Iblis datang lagi ke is­tana Zohak. Sekarang ia menyamar jadi koki. Koki adalah juru masak atau tukang masak. Zohak tak tahu, bahwa tamunya sebenarnya si Iblis sendiri.

“Baginda, hamba menghadap raja, karena hamba sangat pandai memasak. Hamba ingin melamar pekerjaan sebagai juru masak istana. Hamba akan menyajikan makanan yang sangat lezat. Tak ada orang dapat memasak makanan selezat masakan hamba. Makanan baru, yang belum pernah baginda santap,” kata Iblis.

Zohak tertarik akan wajah tamunya, yang ramah dan rupawan. Lagi pula bicaranya sangat lancar. Maka Zohak menerima lamarannya. Waktu makan, Zohak kagum akan masakannya. la belum pernah makan makanan selezat itu. Oleh karenanya, dalam beberapa hari saja koki diangkat jadi Kepala Dapur

Istana jaman dulu orang hanya makan sayuran, buah-buahan, dan umbi-umbian. Mereka tidak makan telur, ikan, atau daging. Demikian juga Zohak. la tak pernah merasakan daging binatang berkaki empat, seperti daging lembu atau kambing. Mula-mula Iblis memasak telor. Selama hidup Zohak belum pernah makan telor.

Waktu Zohak makan telur untuk pertama kali, ia berdiri dan berseru, “Koki, hebat benar masakanmu. Ini pasti makanan dewa. Sungguh tepat bagi raja!”

“O baginda. ini belum apa-apa. Besok malam hamba dapat menghidangkan masakan yang lebih lezat lagi”, jawab Iblis.

“Kau tak berdusta? Sungguh sukar bagiku untuk percaya pada kata-katamu. Tak masuk akal ada ma­kanan yang lebih lezat dari ini,” jawab raja.

Jauh malam Zohak baru dapat tidur. la takjub dan heran, ada makanan selezat itu. Lebih heran lagi, besok malam ada hidangan yang lebih lezat lagi. Apakah kiranya yang akan dimasak koki ajaib itu. Keesokan harinya Zohak tak sabar menunggu ma­kan malam. Air liur raja seperti tak dapat ditahan. Raja berkali-kali harus menelan air liur. Perutnya terasa sangat lapar, seperti tak pernah kemasukan makanan.

Hari tampaknya lambat sekali jalannya. Oleh karena itu Zohak minta, supaya makanan dihidangkan siang hari. Iblis menghidangkan daging burung. Daging diberi rempah-rempah yang belum pernah dikenal manusia. Raja memakannya dengan lahap, dan hidangan segera habis. Lidah raja menjilat-jilat bibirnya. Iblis tersenyum puas.

“Kau pasti tidak dapat masak yang lebih lezat dari ini,” kata raja.

“Baginda, hamba berani bertaruh. Masakan hamba besok siang akan lebih lezat lagi,” jawab Iblis.

Hari berikutnya Iblis menghidangkan daging ayam dan anak kambing. Memang benar kata Iblis. Hasil masakannya sangat memuaskan raja. Zohak tidak hanya makan dengan lahap, tapi dengan rakus.

Sekarang Zohak jadi gila akan makanan lezat. la tak mau menunggu makan siang. la menyuruh koki menghidangkan makanan dewa di pagi hari. Koki menghidangkan daging anak lembu. Daging dipotong dan diiris-iris kecil, dijadikan sate. Hati dan lemaknya juga disate. Sebelumnya tak ada manusia makan hati lembu. Sangat pandai Iblis membakar sate. Rempah-rempah yang dijadikan bumbu sangat terpilih.

Asap api pemanggang sate tertiup angin dan tercium raja. Raja lari terburu-buru ke dapur, dan berkata, “Cepat koki, hidangkan sekarang juga!”

Zohak menghabiskan seratus tusuk sate! Dan ia min­ta lagi. Iblis telah berhasil mendidik raja jadi orang rakus. Tapi Zohak sendiri tidak menyadarinya.

Bahkan karena gembiranya ia berkata, “Aku belum pernah mempunyai koki sepandai engkau. Mungkin di atas bumi tak ada koki seperti kau.”

“Sekarang sebagai hadiah, kau minta apa?” tanya Zohak kepada Iblis.

“Sebenarnya hamba sudah mendapat hadiah berlimpah. Hadiah hamba yang terbesar ialah hamba diperkenankan jadi juru masak raja. Hadiah kedua hamba diangkat jadi Kepala Dapur Istana. Hadiah ketiga, pujian baginda sangat menggembirakan hati hamba,” jawab Iblis.

“Meski pun demikian, aku ingin memberi hadiah istimewa kepadamu. Kau minta apa?” tanya raja.

“Hamba hanya pelayan hina dina. Bila baginda berkenan, ijinkanlah hamba mencium bahu baginda,” kata Iblis.

“Kau pantas mendapat yang kauminta. Sebab kepandaianmu melebihi segala manusia,” kata raja.

Iblis berdiri dan maju ke depan. Tadi Iblis duduk bersila dan menyembah. Tapi sekarang ia berani menyentuh raja. Mantel raja dibuka. Iblis bertingkah seolah-olah sudah diangkat menjadi teman raja. Kedua tangannya memegang bahu raja. Kepalanya membungkuk mencium bahu kanan. Kemudian berpindah mencium bahu kiri. Sesudah itu Iblis lenyap dari pandangan. Zohak sangat terperanjat. Mimpikah dia? Koki lenyap seperti uap. la tercengang keheran-heranan. Siapa yang baru saja memegang bahunya? Hantukah? Rohkah? Setankah? la bingung dan tidak mengerti.

Zohak lebih tercengang lagi, waktu melihat bekas bibir Iblis di bahunya. Tempat itu terasa sakit sekali. Sebentar kemudian tersembul daging. Sebelum ia sadar dari keheranannya, daging berubah jadi ke­pala ular. Dua kepala ular keluar dari bekas bibir Iblis.

Daging tumbuh terus. Ular makin lama makin panjang. Tubuhnya makin lama makin besar. Hitam pekat wamanya. Sekarang panjangnya sudah melebihi sikunya. Ular tumbuh terus. Beberapa detik kemudian menjadi dua kali panjang lengannya. Ular melingkar-lingkar di tangan dan di dadanya. Matanya mengerikan seperti mata setan. Lidahnya bercabang merah menyala seperti api. Ekor dan separo tubuhnya ada di dalam bahu Zohak. Pertumbuhan ular berhenti.

Zohak ketakutan bukan kepalang. la berteriak menjerit sekeras-kerasnya. Orang yang paling berani di seluruh negara, sekarang ketakutan setengah mati. Pegawai-pegawai istana datang berebut-rebutan. Mereka membawa pisau, pedang, api, air panas, dan minyak mendidih. Zohak sendiri menghunus pe­dang. Kepala ular dipenggal. Tapi segera tumbuh lagi. Lalu dipenggal lagi, tapi tumbuh lagi. Di penggal beberapa kali, tapi selalu tumbuh yang baru. Lantai istana sungguh mengerikan. Darah, daging, dan berpuluh-puluh kepala ular berserakan. Kepala ular dibakar, dimasukkan air panas, disiram minyak men­didih, tetap hidup. Zohak dapat mati berdiri, karena ketakutan.

Semua dokter, dukun, ahli sihir, dan sarjana dipanggil ke istana. Tapi sia-sia. Di seluruh tanah Arab diadakan sayembara. Barang siapa dapat menghilangkan ular di bahu raja, akan diberi hadiah besar. Tak seorang pun berhasil. Semua usaha dan jerih payah gagal belaka. Zohak mengutuk dan memaki-maki koki, tapi tak ada gunanya.

Tak lama kemudian Iblis datang lagi ke istana Zohak. la menyamar sebagai dokter tua yang berwibawa.

Waktu menghadap raja ia berkata, “Usaha baginda akan sia-sia. Ular itu tak dapat dimusnahkan. Sebab menurut buku kehidupan, bagin­da harus demikian. Hidup bersama ular. Oleh karena itu jangan mencari akal lagi, untuk membinasakannya. Lebih baik peliharalah ular dengan sabar. Berilah makanan yang mereka sukai. Mereka tak akan mengganggu baginda. Apabila ular dapat hidup puas dan tenang, mungkin ia akan jemu hidup. Mula-mula akan jatuh tertidur, kemudian mati. Siapa tahu, akan terjadi begitu!”

“Harus kuberi makan apa ular ini?” tanya raja.

“Kepala manusia. Tiap hari baginda harus membunuh dua orang yang paling kuat di kerajaan bagin­da. Ini kehendak Ahriman,” jawab Iblis.

Zohak tidak dapat berbuat apa-apa. la terpaksa ha­rus tunduk kepada Ahriman. Tiap hari Zohak menyuruh bunuh dua orang yang terkuat. Kepalanya dipenggal dan diberikan kepada ular. Ahriman sangat gembira hatinya. Sebab niat jahatnya berhasil. la dapat merobah Zohak jadi orang jahat. Padahal waktu masih jadi pangeran, Zohak baik hati dan luhur jiwanya. Sekarang Zohak berubah jadi manusia setan, rakus, kejam, dan tak tahu keadilan.

Waktu itu, raja yang menguasai seluruh dunia adalah Yemshid. Mula-mula ia memerintah dengan baik. Tapi lama-kelamaan jiwanya berubah. la menjadi raja yang sombong, sewenang-wenang, dan tak tahu perikemanusiaan. Rakyat jadi benci kepadanya. Dan mereka ingin bebas dari kekejaman Yemshid. Oleh karena itu mereka minta bantuan Zohak. Mereka tidak tahu, bahwa Zohak sebenarnya lebih jahat dari-pada Yemshid.

Pada waktu yang sudah ditentukan, Zohak menyerang Yemshid. Yemshid sadar, bahwa kejahatan menyebabkan keruntuhannya. Tapi sudah terlambat. Yemshid tak punya teman. Rakyat memihak Zohak. Maka Yemshid pun kalah. Tubuhnya dibelah dua oleh Zohak. Tahta, mahkota, dan seluruh kerajaan direbut Zohak. Kedua puteri Yemshid, yang bernama Shahrinaz dan Arneyaz, dipaksa jadi isteri Zohak. Dan seluruh harta kekayaan Yemshid jadi milik Zohak.

Sekarang Zohak jadi raja tertinggi di dunia. Cita-citanya tercapai. Yang paling gembira ialah Ahriman. Se­luruh dunia dikuasai oleh raja yang paling jahat di atas bumi.

Rakyat sekarang sadar akan kesalahannya. Mereka ingin bebas dari Yemshid. Tapi ternyata Zohak jauh lebih jahat daripada Yemshid. Tiap hari dua orang pemuda dipenggal kepalanya untuk makanan ular. Penderitaan yang sangat berat menekan rakyat. Rak­yat merindukan seorang pahlawan pembebas. Mere­ka berdoa memohon bantuan dewa Ormuz.

Waktu berjalan terus. Pada suatu malam Zohak terjaga dari tidumya. Mukanya pucat dan keringatnya bercucuran. Tubuhnya gemetar ketakutan. la baru saja bangun dari mimpi. la mimpi kedatangan seorang pemuda. Pemuda itu bernama Feridun. Feri­dun mendekati tahta, dan Zohak diseretnya ke bawah. Kemudian Feridun menghunus pedang dan memenggal kepa|a Zohak.

Zohak terkejut dan terbangun. la menjerit ketakutan. Seluruh istana jadi ribut karena penuh orang. Malam itu juga Zohak memerintahkan mencari pemuda atau bayi yarig ber­nama Feridun.

Cari Feridun sampai ketemu. Kalau mungkin, tangkap dia hidup-hidup. Kalau berbahaya bunuh di tempat. Cari sampai ketemu. Jangan kembali tanpa Feridun. Kalau kau berani pulang tanpa Feridun, kupenggal kepalamu. Dan otakmu kujadikan makanan ular ini!” perintah Zohak dengan lantang.

Suaranya menggema dalam kegelapan malam. Maka beribu-ribu mata-mata disebar ke seluruh penjuru dunia. Mereka berusaha mencari orang atau | bayi bernama Feridun. Dari laut sampai pegunungan, dari kota hingga hutan lebat, mata-mata raja mencari Feridun.

Pada suatu hari seorang mata-mata berhasil menangkap orang bernama Abtin. Abtin dibawa ke hadapan Zohak.

Baginda, orang ini namanya Abtin. Isterinya bernama Firanek. Firanek punya tiga orang anak. Dan yang paling kecil bernama Feridun,” kata mata-mata.

Lalu, mana Feridun?” tanya raja tidak sabar.

“Ampun baginda. Abtin menghalangi hamba masuk rumahnya. Lama sekali hamba di depan rumahnya. Waktu hamba berhasil masuk, Firanek dan Feridun telah lari ke pegunungan,” jawab mata-mata.

“Abtin, bawa ke mari anakmu!” bentak Zohak.

“Meski pun aku jadi mayat, kau tak akan dapat menangkap anakku. Kau raja kemasukkan setan!” jawab Abtin dengan berani.

“Pengawal, bunuh dial” perintah raja.

Abtin diseret serdadu Zohak dan dipenggal kepalanya. Selanjutnya Zohak memerintahkan orang mengejar Firanek dan Feridun. Tapi usaha mereka sia-sia. Firanek dan Feridun bersembunyi di dalam gua, di bawah tanah.

Bertahun-tahun lewat. Feridun jadi dewasa. la ingin sekali membalas dendam. Zohak membunuh ayahnya, oleh karena itu ia ingin membunuh Zohak. Tapi bagaimana caranya?

Sementara itu, makin tua Zohak makin ketakutan. Tiap kali ia duduk di atas tahta, bulu kuduknya berdiri. Orang yang paling berkuasa di seluruh dunia, ternyata hidup dalam ketakutan. la takut pada maut, yang setiap kali dapat merenggut nyawanya. Istana dijaga ketat siang malam. Bahkan Zohak minta bantuan Ahriman. la minta setan, hantu, roh, dan raksasa, supaya menjaga istananya.

Pada suatu pagi Zohak memimpin sidang di istana. Ular di bahu melingkar-lingkar gelisah. Tampaknya lapar, karena mungkin belum diberi makan. Semua yang hadir harus bersumpah setia kepada Raja. Tiba-tiba seorang pandai besi datang. Namanya Kava.

Raja merasa terganggu, dan bertanya, “Siapakah kau? Mengapa kau datang kemari?”

“Raja Agung, namaku Kava, seorang pandai besi. Aku datang kemari menuntut keadilan,” jawab Kava dengan berani.

Zohak sekarang takut bertindak kejam. Kava sebenarnya tidak sopan. Tapi dibiarkan saja. Sebab raja takut mempunyai seorang musuh. la ingin, setiap orang jadi sahabatnya, meski pun sudah terlambat.

Oleh karena itu ia berkata kepada Kava, “Bicaralah Kava, supaya aku dapat membela ke­adilan.”

“Raja Agung, aku punya delapan orang anak laki-laki. Yang tujuh dibunuh orang secara tak adil. Dan yang nomor delapan baru saja ditangkap. Aku khawatir anak bungsuku juga akan dibunuh. Raja Agung, selamatkanlah anakku itu,” kata Kava.

“Siapa yang membunuh anakmu? Dengan alasan apa?” tanya raja.

“Raja Agung, maaf, kau sendiri yang menyuruh membunuh anak-anakku. Anak-anakku dipenggal kepalanya, untuk makanan ular-ular itu. Aku minta, kembalikan anakku si bungsu. Maka raja kuampuni atas segala kesalahannya.”

Zohak yang ingin hnendapat teman sebanyak-banyaknya, mengembalikan anak bungsu Kava. Zohak ingin mengambil hati Kava, supaya Kava memihak dirinya.

Kava memeluk anaknya, dan Zohak berkata, “Tapi Kava, kau harus bersumpah setia kepada rajamu.”

Seorang pegawai istana membacakan papan terbuat dari tanah liat, “Demi dewa Ahriman, kita bersumpah setia kepada raja Zohak, raja maha baik dan maha adil di muka bumi, sampai titik darah terakhir,” teriaknya.

Kava tidak mau bersumpah. Kata-kata dalam papan bohong belaka. Zohak bukan raja baik dan adil. Tidak pantas dibela atau dihormati. Sumpah itu bertentangan dengan hati nurani Kava. Kava merebut pa­pan sumpah, dan membantingnya ke atas lantai. Papan pecah berantakan berkeping-keping.

Seketika itu juga ia berseru, “Apakah orang-orang yang hadir di sini pengecut se-mua? Mengapa begitu cepat bersumpah? Mengapa mau mengabdi Ahriman dan budak Ahriman? Mengapa mau mengatakan Zohak raja baik dan adil? Apakah karena sejahat Zohak sendiri? Aku tak mau dipaksa bersumpah. Itu sumpah dusta. Aku tak mau mengabdi Zohak, budak Ahriman.

Zohak begitu marah, hingga tak dapat berbuat se-suatu. Para hadirin sangat kagum dan tercengang hingga terpaku seperti patung. Mereka belum pernah melihat orang seberani itu. Sementara itu Kava melarikan diri ke luar istana, sambil membawa anaknya. Kain penutup dada dipasang pada tombak. Tombak diangkat tinggi-tinggi, dan kain melambai-lambai seperti bendera.

Kava menuju pasar dan berseru, “Hai bangsaku, sudah waktunya kita bebas dari Zohak. Siapa ingin merdeka, ikut aku!”

Maka Berbondong-bondonglah orang mengikuti Kava. Kain penutup dada melambai-lambai sebagai panji-panji. Makin lama makin banyak orang yang ikut barisan Kava. Kava berjalan mencari persembunyian Feridun. Di setiap desa yang ia lalui, orang .menggabungkan diri.

Mereka menyanyi, bersorak-sorak, dan berteriak, “Masa bebas sudah tiba. Kemerdekaan di ambang pintu. Lenyapkan Zohak dari bumi. Dia budak Ahriman, binasakan! Zohak anak iblis, Zohak anak setan! Dengan Ormuz kita menang. Dengan Ormuz kita jaya. Ormuz penyelamat kita!”

Barisan makin lama makin panjang. Perjalanan mereka sampai di tempat persembunyian Feridun.

“Nah, inilah saat yang tepat untuk membalas dendam,” pikir Feridun.

Feridun menyambut Kava dengan gembira. Mereka mempunyai tujuan sama. Membebaskan umat manusia dari penindasan Zohak, budak Ahriman.

Feridun segera menyiapkan penyerangan ke istana Zohak. Tentara Zohak sepuluh kali lebih besar daripada tentara Feridun. Kava membawa panji-panji. Kain penutup dada pandai besi itu dihias dengan emas dan intan berlian. Karena tentara Feridun hanya sedikit, Feridun ingin menyerang dengan cepat. Penyerangan istana akan di mulai sesudah matahari terbenam. Sebelum berangkat, pasukan diajak berdoa minta bantuan Ormuz.

Waktu tentara Feridun tiba di Yerusalem, Zohak sedang ke luar kota. Zohak sedang memaksa kota-kota lain bersumpah setia kepadanya. Kedatangan tentara Feridun begitu mendadak. Pasukan utama Zohak juga sedang ke luar kota, ikut Zohak. Feridun masuk Yerusalem hanya seperti pedagang masuk pasar. Hampir tidak ada perlawanan sama sekali. Pertumpahan darah tak terjadi. Penjaga istana lari kalang kabut ketakutan.

Yang berkeras kepala ialah hantu-hantu dan raksasa penjaga istana. Di sini terjadi perkelahian sengit. Feridun dengan bantuan Ormuz mengayunkan gadanya ke kiri kanan. Gada Feridun berkepala banteng. Kepala hantu dan raksasa bergelimpangan di lantai istana. Penjaga istana tersapu bersih. Feridun berhasil duduk di atas tahta, dan memakai mahkota Zohak.

Yang paling bahagia adalah Shahrinaz dan Arnevaz, puteri Yemshid. Sebab Abtin dan Feridun masih sekeluarga dengan Yemshid. Waktu mendengar Feridun bercanda dengan Shahrinaz dan Arnevaz, Zohak marah sekali. la pulang sendiri, dan masuk istana lewat jalan rahasia.

Benar berita itu. Zohak dapat melihat sendiri Feridun bercanda dengan kedua isteri paksanya. Secepat kilat Zohak menusuk Feridun. Tapi Feridun jauh lebih cekatan dan tangkas. Feridun mengelak. Gada berkepala banteng diayunkan. Zohak terpukul dan pingsan, terlentang di lantai.

Atas perintah Ormuz, ular dan lengannya diikat dengan tali. Tali itu terbuat dari jangat belulang singa. Kemudian tubuh Zohak disimpan hidup-hidup di perut gunung Elburz. Mimpi Zohak sudah jadi kenyataan. Feridun jadi ra­ja dunia.


Tamat

Lanjut ke “TIGA PUTERA FERIDUN”

No comments:

Post a Comment