Pages

Sunday, June 27, 2010

Petani Kaya Dan Mempelainya Yang Lucu - Uncategorized

Orlando adalah seorang petani yang kaya. la memiliki sawah yang luas. Uangnya banyak. Sebagian disimpan dalam peti dan sebagian lagi disimpan di bank. Oleh karena kekayaannya ini, Orlando merasa dirinya orang besar. Tetapi Orlando tidak sebahagia seperti yang diperkirakan para tetangganya. Sebab ia seorang duda yang bermaksud untuk menikah lagi. Sudah satu dua tahun lamanya ia memikirkan hal ini, namun sukar baginya untuk menentukan gadis manakah yang cocok menjadi isterinya.

Tentu banyak gadis yang bersedia menjadi isteri Orlando. Mengapa tidak? la kaya raya. Demikianlah pikir Orlando. Tapi hingga saat itu juga ia belum menemukan gadis yang cocok dengannya. Pada suatu hari Orlando naik kuda memeriksa sawah-sawahnya. Ketika pulang, ia terpikat pada seorang gadis jelita bemama Moli. Sebenarnya Moli seorang gadis miskin dan sederhana, tetapi pakaiannya selalu bersih dan rapi. Tubuhnya molek serta mempersonakan.

Rumah Moli dekat rumah Orlando, Ayah Moli berhutang pada Orlando, sehingga Moli terpaksa bekerja sebagai buruh di sawah Orlando untuk membayar hutang ayahnya. Kerjanya mencari rumput, membersihkan kandang dan memberi makan ternak. Biasanya Orlando tidak pernah memperhatikan Moli. Tapi kali ini ia sangat tertarik pada gadis itu

Orlando memanggil Moli, “Moli, Moli, ke sini sebentar! Ada sesuatu yang penting yang perlu kubicarakan denganmu!”

Moli mendekati Orlando. Dalam hati ia merasa heran, apa pula yang hendak dibicarakan majikannya ini. Orlando lalu berbicara panjang lebar tentang kekayaannya. la berbicara seperti orang besar layaknya. Moli mendengarkan dengan sabar. Karena ia hanya seorang buruh.

Ia menjawab dengan sopan, “0 ya, tuan?” Atau “Memang begitu, tuan?” Atau “Betul tuan, baru sekali ini saya dengar.”

Akhirnya Orlando berkata bahwa ia ingin menikah lagi.

Moli hanya menjawab dengan hormat, “0 ya, tuan?”

Tetapi dalam hatinya, Moli berkata begini, “Dia mengira setiap gadis mau menjadi isterinya! Siapa yang sudi meski pun dia kaya? Dia congkak sekali! Dia begitu besar mulut! Yang dibicarakan tak lain hanya kekayaannya saja dan kepandaiannya menjadi lintah darat.”

“Sungguh Moli, saya ingin menikah lagi!” sambung Orlando.

“Dan kaulah yang kupilih menjadi isteriku!” Orlando berkata sambil tersenyum bahagia.

la mengamati bibir Moli dan memastikan bahwa Moli pun akan tersenyum bahagia. Tetapi tidak! Mata Moli membelaiak karena terkejut dan tercengang.

“Tidak tuan! Terima kasih banyak. Tetapi sungguh saya tidak bersedia!” jawab Moli tegas.

Belum pernah ada orang yang berani membantah perkataannya. Meskipun Orlando marah tetapi ditahannya. la membujuk Moli. Tetapi semakin keras ia berbicara. semakin keras pula Moli menggeleng kepalanya. Akhirnya Orlando pergi dan Moli meneruskan pekerjaannya.

Orlando segera menuju ke rumah Moli. la hendak membicarakan soal ini dengan ayah Moli.

“Jika Moli mau menikah denganku, maka hutangmu kuanggap lunas.”

Mendengar hal itu, bukan main gembira ayah Moli. Hutangnya akan lunas dan ia akan mendapat sawah luas sebagai emas kawin!

“Jangan kuatir, tuan! Moli masih kekanak-kanakan. la belum tahu apa yang berguna baginya. Semua akan saya urus, pasti beres!” kata ayah Moli penuh keyakinan.

Namun urusan ini tidaklah semudah dugaan Orlando dan ayah Moli.

Moli mendengar kata-kata ayahnya tetapi menjawab, “Tidak, tidak, tidak!”

Ayah Moli mencoba terus membujuknya.

Tetapi selalu dijawab, “Tidak mau!”

“Mengapa tidak mau?” tanya ayahnya lagi.

“Karena aku tidak mau menjadi isteri Orlando tua itu. Aku tidak mau dipakai sebagai pembayar hutang. Tak mau ditukar dengan sawah yang luas. Biar pun Orlando bergelimang dengan uang sampai ke kupingnya, aku tidak mau menjadi isterinya!” jawab Moli.

Sekali lagi Orlando datang untuk menemui ayah Moli. la sangat marah karena tidak sabar lagi.

“Kau harus memaksa dia, jika kau ingin hutang-hutangmu lunas!”

Moli dipanggil ayahnya dan diajak bicara. la dipaksa, dibentak bahkan diancam. Tetapi Moli tetap tidak mau. Akhirnya ayah Moli memberitahu Orlando bahwa hanya ada satu cara untuk membuat agar Moli bersedia diperisteri. Orlando disuruh segera menyiapkan pesta perkawinannya. Apabila para tamu dan pendeta sudah datang, Orlando harus memanggil Moli. Cara memanggil sedemikian rupa, seolah-olah ia akan diberi tugas bekerja di sawah. Apabila Moli datang, secepatnya harus dinikahkan. Sedemikian cepat, sehingga Moli tak sempat berpikir.

Pada malam harinya Orlando tak dapat tidur. la berpikir keras mencari akal. Barangkali ada cara yang lebih baik dari pada usul ayah Moli. Tetapi apa yang harus dilakukan supaya Moli mau menjadi isterinya? Tak ada jalan yang lebih jitu seperti usul ayah Moli. Maka Orlando segera menyiapkan pesta perkawinan.

Di rumahnya orang mulai sibuk memasak, membuat roti dan menghias kamar. Semua harus dikerjakan sebaik-baiknya karena pesta perkawinan ini harus meriah dan mengesankan. Undangan diedarkan.

Orang-orang bertanya, “Siapakah calon isterimu?”

Jawab Orlando, “Lihat saja nanti. Sekarang masih dirahasiakan!”

Semua berjalan dengan lancar seperti yang direncanakan.

Pada hari yang telah ditentukan, tamu-tamu datang. Mereka membawa hadiah yang mahal-mahal. Orang-orang semakin ingin tahu, siapakah mempelai wanitanya? Ketika pendeta datang, Orlando memanggil seorang pekerja di ladang.

“Pergilah dengan cepat ke rumah sebelah. Katakan, saya disuruh mengambil apa yang telah dijanjikan!”

Pesuruh itu belum mengerti apa yang dimaksud Orlando dan minta penjelasan.

Tetapi Orlando mengacungkan tinjunya dan berteriak, “Ayo, cepat pergi!”

Seperti peluru yang ditembakkan, pesuruh itu lari ke rumah Moli. Nafasnya terengah-engah, jantungnya berdenyut cepat. la berjumpa dengan ayah Moli.

Dengan nada terputus-putus ia berkata, “Majikan menyuruh saya mengambil yang bapak janjikan. Cepat! Waktunya sangat mendesak.”

Berdebar-debar hati ayah Moli. Bagaimana jika rencananya gagal? la semakin berdebar-debar mendengar perkataan pesuruh itu.

Hendak menjawab, tapi mulutnya seperti sukar dibuka, “la ada di sawah. Ce-ce-ce pat a-a-a-ambil. Ba-ba-ba-aawa ke majikanmu!”

Seperti bola disepak, pesuruh lari ke sawah. la melihat Moli sedang mengumpulkan jerami.

Dari jauh orang itu berteriak, “Saya disuruh majikan mengambil yang dijanjikan ayahmu! Kata ayahmu ia ada di sini!”

Moli segera tahu apa yang terjadi. Ayahnya dan Orlando tentu berkomplot untuk menjebaknya.

“Aku harus waspada terhadap tipu muslihat mereka. Akan kubalas mereka!” pikir Moli.

Lalu Moli berkata kepada pesuruh itu, “Aku kira majikan membutuhkan kuda betina. Kuda itu terikat di pagar. la patuh dan penurut. Kau dapat mengendarainya. Bawalah segera ke tempat majikan!”

Pesuruh lari ke tempat kuda betina itu diikat, melepaskan tali lalu mengendarai binatang itu ke rumah Orlando. Setibanya di sana, ia turun dan mengikat kuda pada pohon. Kemudian bergegas menemui Orlando.

“Mana dia?” seru Orlando yang sudah berpakaian pengantin dengan megahnya.

“Dia ada di depan pintu!” jawab pesuruh.

“Cepat bawa ke kamar di atas!” teriak Orlando.

Pesta perkawinan memang diadakan di tingkat atas.

“Tetapi tuan, bagaimana cara membawanya ke atas?”

“Kerjakan perintahku!” bentak Orlando.

“Kalau kau sendiri tidak sanggup, minta bantuan orang lain!”

Orlando mengira Moli membangkang. Sekarang ia hendak memperlihatkan, siapa yang berkuasa, Orlando atau Moli.

Pesuruh lari ke belakang. la memanggil teman-temannya supaya membantu. Kuda betina berhasil dibawa masuk ke dalam rumah. Tetapi bagaimana cara membawanya ke tingkat atas? Kuda itu takut naik tangga. Orang-orang menjadi sibuk. Ada yang menarik kepalanya. Ada yang mengangkat kakinya. Ada yang mendorong pantatnya dan ada yang menggelitiki perutnya. Dengan susah payah akhirnya kuda betina itu berhasil dibawa ke tingkat atas, lalu dimasukkan ke kamar.

“Dia telah berada di kamar, tuan! Aduh tuan, bukan main beratnya pekerjaan ini. Teman-teman semua mengeluh!” kata pesuruh.

“Beri dia pakaian!” perintah Orlando.

“Apa kata tuan? Tetapi dia……”

“Apa? Jangan cerewet dan banyak mulut! Suruh para wanita menghias dia. Dan dia harus dihias sebagai pengantin! Jangan lupa mahkota bunga.selubung kepala dan pakaian yang seindah-indahnya!” perintah Orlando.

Pesuruh itu lari ke dapur dan berseru, “Hai dengar ibu-ibu! Majikan menyuruh ibu-ibu naik ke atas dan masuk ke kamar. Kuda betina yang berada di kamar atas, harus dihias seperti pengantin! Majikan kita ingin membuat lelucon!”

Ibu-ibu di dapur saling berpandangan, dengan perasaan heran dan tidak mengerti. Yang seorang tertawa, yang seorang lagi tersenyum dan yang lainnya tertawa terbahak-bahak. Mereka lalu bergegas naik ke atas dan masuk ke kamar. Pesuruh mengawasi mereka bekerja.

Alangkah sibuknya ibu-ibu itu! Alangkah riangnya mereka! Untung kuda betina itu patuh dan penurut. la dihias sambil menggigit bunga-bunga serta daun-daunan.

Akhirnya selesailah semuanya. Kuda betina dihias sebagai pengantin. Kepalanya diberi mahkota. Lehernya berkalung bunga. Pakaiannya sangat indah bersulam benang emas dan penuh dengan intan permata. Bibirnya dicat merah, juga kuku kakinya. Ekornya dihiasi rantai mutiara. Pokoknya, tak ada satu pun yang dilupakan. Ibu-ibu yang menghias “pengantin” yakin bahwa pesta perkawinan ini pasti sangat meriah!

“Lekas beritahukan pada majikan bahwa pengantin wanita telah siap! Dia sepatuh anak kambing!” seru ibu-ibu kepada pesuruh.

Pesuruh segera berlari ke Orlando, “Tuan, pengantin wanita sudah siap. Kata ibu-ibu, dia sepatuh anak kambing!”

“Bagus! Bagus! Bawa dia ke ruang pernikahan. Saya dan para tamu akan menyambutnya di situ.”

“Semua tamu pasti terkejut. Tak ada seorangpun yang mengetahui siapakah mempelai wanitaku. Tak ada yang menduga bahwa aku memilih Moli,” kata Orlando dalam hati.

Orlando sangat bangga dan merasa amat bahagia. la masuk ke ruang pernikahan sambil tersenyum dan membungkuk kepada para tamu. Pintu kamar ditutup. Maksudnya, jika pintu dibuka para tamu dapat melihat mempelai wanita muncul dengan amat indahnya.

Di dalam kamar terdengar suara kaki kuda. Orlando mengira itu tentu suara sepatu para tamu. Sedang para tamu mengira bahwa pengantin wanita memakai sepatu yang berat sekali. Tiba-tiba pintu kamar dibuka lebar-lebar. Kuda betina yang berpakaian mempelai muncul dengan indahnya. Seketika para tamu tertawa gemuruh.

“Ini tentulah lelucon Orlando,” pikir mereka.

Tetapi seketika itu juga Orlando menjadi pucat pasi. Untung saja ia tidak pingsan. Kemudian wajahnya berobah menjadi merah padam. la sangat marah. Namun ia memaksa dirinya untuk tertawa. la berhasil tertawa meski pun ketawanya kecut. Para tamu juga tertawa. Orlando membungkuk memberi hormat, lalu meninggalkan ruang pernikahan. la tahu, ia harus bertindak cepat.

Orlando berpikir begini, “Harus kukatakan kepada para tamu bahwa ini memang lelucon yang kusengaja. Tak ada yang tahu hal ini, kecuali aku dan ayah Moli. Kalau ayah Moli kubebaskan dari hutangnya, tentu ia mau menyimpan rahasia pesta pernikahan ini.”

Orlando muncul lagi di ruang pernikahan.

la berpidato, “Para hadirin yang kuhormati. Saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran bapak-bapak serta ibu-ibu. Lelucon malam ini memang disengaja untuk menggembirakan hati para hadirin.”

Pidato disambut dengan tepuk tangan riuh rendah yang memekakkan telinga. Orlando dipuji-puji sebagai orang yang pandai membuat lelucon. Pesta perkawinan berlangsung sangat meriah. Sesudah pesta selesai, kuda betina dikembalikan ke kandang. Tentu saja hiasan dan pakaiannya dilepas lebih dulu.

“Sayang sekali Moli, kau tidak menghadiri pesta lucu majikan kita!” kata pesuruh kepada Moli.

Pesuruh lalu menceritakan pesta ajaib malam itu. Moli hanya tersenyum dan tak mengatakan sesuatu pun.

“Kau dan aku juga pandai melucu, ya!” kata Moli kemudian kepada kuda betina.

Sebagai hadiah, kuda betina itu diberinya pisang dan ditepuk-tepuk hidungnya.


TAMAT

No comments:

Post a Comment