Pages

Tuesday, June 29, 2010

Kelinci Yang Cerdik Dan Rubah Yang Congkak - 11 Cerita Dari Jerman

Adalah seekor kelinci yang cerdik. Bukan. Salah permulaan cerita ini. Lebih baik dimulai dengan, ada seekor rubah yang licik. Rubah yang jahat ini melihat seekor kelinci bermain-main di lapangan rumput. Kelinci ini kelinci yang cerdik. Tetapi sekarang pada permulaan cerita ini, rubah itu lebih cerdik. Ia berhati-hati mendekati kelinci itu dan lalu, hap, menangkap tengkuknya.

Kelinci yang malang itu sekarang tidak berdaya di mulut rubah. Tetapi ia tidak takut, malah ia menjadi lebih cerdik.

Ia melemaskan seluruh badannya, kaki, telinga dan ekornya dan berbisik, "Untung, untung sekali aku! Tidak ada perbuatan yang lebih terhormat bagiku, daripada dimakan oleh seekor rubah yang baik budinya!"

"Bagus, kau sudah menyadarinya," gerutu rubah dengan tetap menggigit kelinci pada tengkuknyaa.

"Aku hanya ada satu permintaan. Kalau tuan rubah yang baik budi hendak mengabulkan permintaanku," bisik si kelinci lagi.

"Apa yang kau minta?" rubah bertanya tanpa membuka giginya.

"Aku tahu, tuan rubah mempunyai suara yang bagus sekali," kelinci itu berbisik.

"Maukah tuan menyanyikan lagu untukku? Alangkah bahagia menutup mata untuk selama-lamanya diiringi lagu yang merdu."

Kata-kata manis dari kelinci yang cerdik ini sangat menyenangkan si rubah itu, yang memang suka sekali dipuji.

"Benar, suaraku sudah terkenal di mana-mana. Kalau kau begitu ingin mendengar lagu, aku akan menyanyikan satu lagu untukmu," kata rubah itu.

Dan si rubah menarik suaranya:

"Di hutan dan di ladang,
Aku mencari kawanku.
Aku seorang pemburu!
Hali, halo, hali, halo.
Aku seorang pemburu!"

Ia menyanyi dengan tetap merapatkan giginya. Giginya masih tetap menggigit tengkuk kelinci. Rubah itu masih licik, belum dapat dibujuk.

"Alangkah merdunya," si kelinci berteriak gembira.

"Hanya, menurut ingatanku, aku pernah mendengar suara tuan lebih nyaring, lebih terang. Ah, sungguh senang sekali dapat dijadikan santapan siang bagi tuan rubah. Tetapi, sebelum itu aku ingin benar-benar mendengarkan satu lagu yang dinyanyikan dengan suara emas tuan itu."

Perkataan manis dari kelinci cerdik ini lebih-lebih lagi melembutkan hati si rubah. Dan, ia lupa segala-galanya dan tidak licik lagi.

Mulutnya dibuka lebar-lebar dan ia menyanyi dengan suara kuat:

"Rubah, engkau mencuri seekor angsa.
Kembalikanlah!
Kembalikanlah!
Pemburu tidak akan menembakmu nanti,
dengan senapan-a-an
Pemburu tidak akan menembakmu nanti,
dengan senapan-a-an!"

Kata senapan dinyanyikan dengan nada panjang dan tinggi. Dan sekarang ia ingin mendengarkan lagi kata-kata pujian dari si kelinci. Tentu si kelinci akan mengeluarkan pujian lagi.

Akan ia dengarkan semuanya. Dan kemudian, tanpa ampun, ia akan memakan kelinci itu. Perutnya sudah mulai berkeruyuk.

Memang hanya bunyi-bunyi perut yang didengarnya. Dari kelinci tidak ada bunyi apa-apa. Bahkan tidak ada bekas-bekasnya lagi. Bukankah ia melepaskannya sendiri dari gigitannya?

Rubah yang tidak licik lagi itu merasa tertipu dan dengan sangat malu ia pergi. Sejak itu ia hanya menangkap tikus-tikus saja.

Dan apa yang terjadi dengan kelinci yang cerdik itu? Ya, kalau ia tidak berubah menjadi bodoh, dan tetap cerdik begitu, ia sekarang pasti masih hidup.



No comments:

Post a Comment