Pages

Saturday, June 12, 2010

Putri Sejati Dan Sebutir Kacang Hijau - H. C. Andersen

Dahulu kala, ada seorang putera mahkota. Ia telah dewasa dan bermaksud mencari seorang puteri. Tetapi harus benar-benar puteri sejati! Sebab ia hanya mau menikah dengan puteri sejati.

Ia berkelana keliling dunia mencarinya. Tetapi ternyata, jauh lebih sukar dari yang diharapkannya. Memang, puteri ada banyak sekali. Tetapi apakah itu puteri sejati, ia tak tahu dengan pasti. Yang terang, selalu saja ada cacat kurangnya.

Ia pulang ke negerinya. Hatinya kesal. Ia menginginkan benar seorang isteri. Tetapi harus benar-benar puteri yang sejati.

Pada suatu senja, cuaca buruk sekali. Hujan lebat bagaikan dicurahkan. Guruh dan guntur bersahut-sahutan. Kilat dan petir sabung menyabung, menimbulkan suara geledek yang memekakkan telinga. Suatu senja yang benar-benar menyeramkan.

Tiba-tiba pintu kota diketuk orang. Raja tua sendiri yang keluar. Ia sendiri pula yang membukakan.

Di luar gerbang berdiri seorang puteri. Tetapi, ya Tuhan, menyedihkan benar rupanya! Air mengalir bercucuran dari bajunya. Sepatunya kotor penuh tanah. Kakinya berlumur lumpur hingga ke lutut. Tampaknya hujan dan angin telah menderanya tanpa kasihan!

Puteri itu memperkenalkan diri. Katanya ia adalah puteri sejati. Tetapi, siapa yang mau percaya?

Ibu suri memang baik hati. “Baiklah,” pikirnya.

“Kita segera akan tahu.”

Tetapi ia hanya berpikir. Ia tak berkata sepatah kata juga. Ia lalu masuk ke dalam istana. Diambilnya pakaian untuk pengganti baju puteri. Setelah itu, ibu suri menyiapkan tempat tidur. Semua kasur dan bantal diangkatnya. Begitu juga sprei serta selimutnya.

Pada papan ranjang itu lalu diletakkan sebutir kacang hijau. Betul! Hanya sebutir kacang hijau. Setelah itu, di atasnya lagi dialasi selusin kasur yang paling empuk. Di atasnya lagi dialasi selusin sprei yang paling halus. Guling dan bantal dipilihkan yang paling lunak. Itulah tempat tidur untuk puteri malam itu.

Pagi berikutnya, ibu suri bertanya, “Nyenyakkah tidurmu malam tadi?”

Puteri itu menjawab, “Mohon ampun, Ibu suri. Sulit sekali! Di bawah kasur tentu ada sesuatu seperti batu. Semalam suntuk aku tak dapat tidur. Seluruh tubuhku babak belur biru-biru. Keras benar rupanya benda itu!”

Ibu suri puas sekali! Ia tahu dengan pasti, puteri itu tentu puteri sejati. Seluruh isi istana juga bergembira. Sebab, hanya puteri sejati yang begitu halus perasaannya! Hanya puteri sejati yang amat peka. Hanya puteri sejati yang amat perasa akan sesuatu yang bersifat keras. Tentu hatinya juga perasa akan segala perbuatan kekerasan! Bayangkan saja! Puteri itu dapat merasakan sebutir kacang! Padahal diletakkan di bawah selusin kasur!

Begitulah, putera mahkota mendapatkan isterinya. Ia berhasil mendapatkan puteri sejati.

Kacang hijau itu lalu disimpan di museum kerajaan. Jika tidak ada orang yang mengambilnya, tentu sekarang pun masih ada.

Jangan sangka ini cerita bohong! Dongeng ini benar-benar terjadi!


TAMAT

No comments:

Post a Comment