Pages

Saturday, June 12, 2010

Kaisar Dan Pakaian Ajaib - H. C. Andersen

Pada jaman dahulu kala, ada seorang kaisar yang suka sekali berpakaian baru. Setiap jam ia selalu berganti pakaian. Semua uang negara dihamburkan untuk membeli pakaian. Pegawai-pegawai negara tidak diperhatikan. Tentara juga tidak diperhatikan. Rakyatnya tidak diperhatikan sama sekali.

Dari pagi hingga petang, kaisar hanya berpikir tentang pakaian. Dari petang hingga pagi, kaisar juga hanya berpikir tentang pakaian. Kaisar tidak pernah meninjau daerahnya. Apabila ia keluar istana, ia hanya ingin memamerkan pakaiannya. Tukang-tukang tenun dan para penjahit sangat sibuk. Sebab kaisar selalu ganti pakaian setiap jam. Jadi setiap jam harus ada pakaian baru.

Biasanya orang berkata: Raja sedang ada di istana.’

Atau ‘Raja sedang berunding dengan para menteri.’

Tetapi tentang kaisar ini, orang berkata: ‘Raja sedang berada di kamar pakaian.’

Banyak orang asing datang di kota kaisar. Pada suatu hari, dua orang penipu menghadap kaisar.

Penipu ini berkata, “Baginda, kami berdua ahli tenun dan ahli pakaian. Kami berdua dapat membuat pakaian ajaib. Hanya orang pandai dan orang yang menjalankan kewajibannya dengan baik, dapat melihat pakaian ajaib itu.”

Kaisar percaya kepada ke dua penipu tersebut. Kaisar menyuruh segera dibuatkan pakaian ajaib. Kedua penipu diberi uang, emas dan bahan pakaian yang sangat mahal harganya.

“Apabila pakaian ajaib jadi, saya dapat tahu siapa bodoh, siapa pandai. Saya dapat tahu siapa tidak menjalankan kewajibannya dengan baik.” demikian pikiran kaisar.

Kedua penipu segera mulai bekerja. Mereka duduk di depan alat tenun kosong. Tangannya bergerak-gerak, seolah-olah mereka sedang menenun. Mereka bekerja giat hingga larut malam.

Setiap hari mereak meminta uang, emas dan bahan pembuat pakaian kepada kaisar. Kaisar mengabulkannya dan tidak curiga sama sekali.

Sebenarnya kaisar ingin sekali melihat kedua penipu bekerja. Tetapi ia agak takut, sebab, menurut kata penipu, hanya orang pandai dan orang yang menjalankan kewajibannya dengan baik dapat melihat pakaian ajaib.

Berita tentang pakaian ajaib tersebar ke seluruh negara dengan cepat sekali. Orang kelihatannya tak sabar menunggu pakaian selesai. Masing-masing orang ingin tahu, siapa tidak dapat melihat pakaian ajaib itu.

Masing-masing orang mengira, hanya dia sendiri dapat melihat pakaian ajaib itu.

Kaisar pun tak sabar menunggu lama. Ia segera menyuruh seorang menteri. Tentu saja yang diutus menteri yang pandai, jujur dan menjalankan kewajibannya dengan baik.

Menteri masuk ke dalam kamar, tempat kedua peninpu menenun.

Alangkah tercengangnya dia! Menteri tidak melihat apa-apa. Ia hanya melihat alat tenun kosong. Ia mulai ragu-ragu tentang dirinya.

“Orang bodohkah aku ini?” pikir menteri.

“Apakah aku seorang menteri yang tak cakap dan tak menjalankan kewajiban dengan baik?”

Menteri berdiri termangu dan tak mengucapkan kata sepatah pun.

Kedua penipu bekerja terus di udara kosong, sambil menerangkan, “Bapak Menteri, kain ini akan menjadi kain terindah di dunia. Perhatikan pola-polanya. Kecuali kain terindah, juga kain termahal di dunia.

Bahkan lebih dari itu, Bapak Menteri. Kain ini sangat ajaib. Sebab orang-orang bodoh tak akan dapat melihatnya. Orang-orang yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik, juga tidak akan dapat melihat kain ini. Bapak seorang menteri yang cakap, bukan? Bapak pasti melihat kain ajaib ini!”

Menteri diam saja, sebab ia hanya melihat alat tenun kosong.

“Mengapa Bapak Menteri tidak berbicara? Bagaimana pendapat Bapak tentang kain ajaib ini?” tanya kedua penipu.

“O, mengagumkan sekali!” jawab menteri, meski pun tidak melihat seutas benang pun.

“Belum pernah aku melihat kain seindah ini! Sungguh pandai anda menciptakan pola-pola paling baru! Kaisar pasti bangga dan gembira!”

Kedua penipu menerangkan panjang lebar tentang benang, tentang sutera, tentang pola dan warna kain. Mereka menceritakan bagaimana cara membuat pola dan warna terindah. Menteri mendengarkan dengan penuh perhatian. Tangan menteri memegang dan meraba-raba kain, yang sebenarnya tidak ada.

Menteri takut, kalau ada orang tahu, menteri tidak dapat melihat kain ajaib.

Menteri segera kembali ke istana dan lapor kepada kaisar. Ia memuji-muji kedua penenun dan kain ajaib. Ia mengatakan bahwa kain itu sangat indah dan bagus.

Kaisar percaya dan mengangguk-anggukkan kepala. Sebentar kemudian kaisar menyuruh seorang pegawai tinggi ke tempat kedua penipu. Pegawai tinggi ini harus menyelidiki, apakah benar kata menteri.

Pegawai tinggi pergi ke tempat kedua penipu menenun. Seperti menteri, pegawai tinggi terbelalak matanya. Sebab, ia hanya melihat alat tenun kosong belaka.

“Bodohkah aku ini? Apakah aku pegawai tak cakap yang tidak menjalankan tugas dengan baik? Aku harus hati-hati, jangan sampai ada orang tahu, bahwa aku tak dapat melihat kain ajaib!” pikir pegawai tinggi.

“Bagaimana pendapat Bapak, sangat indah bukan kain ini?” tanya kedua penipu.

“Benar, sangat indah dan mengagumkan! Baru sekali ini, saya melihat kain yang sungguh-sungguh ajaib!” jawab pegawai tinggi.

Pegawai tinggi segera melapor kepada kaisar.

Kata pegawai tinggi, “Kaisar, kain itu sungguh ajaib dan mengagumkan!”

Sekarang kaisar sendiri ingin melihat kain tersebut. Kaisar memilih beberapa orang tertentu dan diajak ke tempat kedua penipu bekerja. Pegawai tinggi juga menyertai kaisar.

Alangkah terkejutnya kaisar! Ia tidak melihat kain. Jangankan kain, seutas benang pun tidak! Kaisar hanya melihat alat tenun kosong, dan kedua penipu licik menggerak-gerakkan tangannya seperti orang sedang menenun! Tapi kaisar diam saja.

“Kaisar bodohkah saya ini? Tak cakapkah saya jadi kaisar? Apakah saya kaisar yang tak menjalankan tugas dengan baik?” tanya kaisar di dalam hati.

“Orang lain tidak boleh tahu, bahwa saya tidak dapat melihat kain ajaib.” pikir kaisar.

Pengikut-pengikut kaisar saling berpandangan. Mereka sebenarnya juga tidak melihat sesuatu, kecuali alat tenun kosong.

Kedua penipu tiba-tiba berkata: “Bagaimana pendapat kaisar tentang kain ini?”

“O, bagus sekali. Indah luar biasa! Tak kuduga sama sekali, ada kain seindah ini! Pola dan warnanya mengagumkan bukan main! Saya ingin sekali segera mencobanya. Harap segera diselesaikan.” Jawab kaisar.

“Bagaimana pendapat bapak-bapak?” tanya kedua penipu.

“Ya, ya, ya, memang, memang, memang begitulah! Benar kata kaisar. Kain itu luar biasa indahnya!” jawab pengikut-pengikut kaisar.

Berita tentang kain ajaib tersebar luas di kalangan rakyat. Setiap orang, besar kecil, tua muda, laki-laki dan perempuan, semua ribut membicarakan kain ajaib. Setiap orang yakin, dapat melihat kain tersebut.

Sekarang kaisar akan mengadakan pawai besar, dengan berpakaian kain ajaib. Kaisar ingin memamerkan kain ajaib kepada rakyat. Kaisar ingin dipuji dan dikagumi. Semua orang pasti akan terpesona, melihat kaisar mengenakan pakaian paling indah di dunia. Jalan-jalan dibersihkan, diperbaiki, dan dihias. Semua orang sibuk mempersiapkan pawai besar.

Lebih sibuk lagi kedua penipu licik. Pada malam menjelang pawai besar, kamar kerjanya diterangi enam belas buah lampu. Semalam suntuk mereka bekerja. Kedua penipu, pura-pura menggunting kain dengan gunting besar. Yang digunting, tentu saja udara! Mereka pura-pura menjahit kain dengan jarum. Yang dijahit tentu saja udara!

Keesokan harinya kaisar datang ke kamar kerja penipu. Kaisar diiringkan pegawai-pegawai istana. Pakaian ajaib sudah selesai., kaisar akan segera mengenakannya.

“Kami memohon, kaisar melepaskan pakaian seluruhnya. Sebab, kami akan segera mengenakan pakaian ajaib pada kaisar.” kata kedua penipu.

Kaisar melepaskan semua pakaian. Sekarang kaisar hanya bercelana dalam. Kedua penipu sibuk mengenakan pakaian ajaib pada kaisar. Pakaian ajaib itu tak kelihatan! Kedua penipu pura-pura memasang baju, celana, mahkota dan selempang pada kaisar.

“Kaisar, ini mantelnya. Mantel ini pola warnanya meriah sekali.” Kata penipu, sambil pura-pura memasang mantel pada tubuh kaisar.

Kaisar berdiri di depan kaca besar. Ia sebenarnya sangat gelisah, sebab ia telanjang. Sedang pakaian ajaib tidak kelihatan.

Pengikut-pengikut kaisar berseru, “Indah sekali! Mengagumkan! Sungguh indah pakaian itu!”

Semua pengiring kaisar bersikap seolah-olah benar-benar melihat pakaian ajaib itu. Dua pengiring memegang mantel kaisar dengan bangganya. Tentu saja yang dipegang udara, sebab mantel tidak kelihatan! Empat orang memegang payung kerajaan. Kaisar berjalan di tengah dengan megahnya.

Sekarang pawai besar dimulai. Terompet dibunyikan orang dengan lantangnya. Lonceng-lonceng berdengungan menyambut pawai besar. Meriam dan senapan berdentuman memeriahkan pawai besar. Bendera berkibaran di sepanjang jalan. Polisi dan tentara dengan ketat menjaga keamanan. Orang-orang berjejal-jejal ingin meilihat kaisar berpakaian ajaib.

Kaisar berjalan kaki, supaya tampak megah dan mempesonakan.

“Hanya orang pandai yang dapat melihat pakaian ajaib. Hanya orang yang menjalankan kewajibannya, yang dapat melihat pakaian kaisar,” kata kedua penipu.

Kaisar berjalan dengan megahnya.

Orang-orang yang melihatnya berteriak-teriak, “Mengagumkan! Hidup kaisar! Sungguh indah pakaian kaisar!”

Mereka bersorak-sorak gemuruh memekikkan telinga. Tak seorang pun mau dikatakan bodoh. Tak seorang pun ingin ketahuan tak menjalankan kewajiban dengan baik.

Pawai besar berjalan terus. Semua orang memang kagum dan tercengang. Semua orang sungguh tertarik dan terpesona, melihat kaisar berpakaian ajaib.

Sebab, pakaian ajaib itu tak kelihatan oleh siapa pun juga!

Tiba-tiba pawai besar melewati seorang anak kecil.

Anak kecil itu berteriak keras kepada ayahnya, “Ayah, ayah, lihat itu, kaisar tak berpakaian sama sekali! Ayah, mengapa kaisar berjalan telanjang???!”

Orang-orang yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak.

Sekarang semua orang berteriak, “Hidup kaisar telanjang!”

Teriak dan sorak rakyat lebih hebat lagi.

Kaisar berkeringat dingin. Tapi kaisar berkata dalam hati, “Itu pasti orang-orang bodoh yang tak menjalankan kewajiban dengan baik. Pawai ini harus selesai dengan berhasil.”

Dan kaisar berjalan dengan lebih megah lagi. Akhirnya kaisar sadar bahwa ia kena tipu. Sejak itu ia tidak lagi tergila-gila dengan pakaian baru.

TAMAT

No comments:

Post a Comment