Pages

Tuesday, June 22, 2010

Look In A Book - by Ivy O. Eastwick

Look
in a book
and you will see
words
and magic
and mystery.

Magic Keys - by Leah Gibbs Knobbe

Would you like to travel far
From the place where now you are?
Read a book!

Reading Books - by Vivian G. Gouled

I like to read all kinds of books
To entertain myself
And so I’m glad when I can take
A book down from the shelf.

I Like A Book - by M. Lucille Ford

I like a book.
It tells me things
Of ancient peoples and their kings
And what they used to do

Books Are For Looks - by Isabelle Spooner

Books are for looks, a look for a tale
Of possible a lion, a tiger, or a whale.

A look for adventure, exciting, intense
With mystery unfolding and growing suspense.

Reading In Bed - by Helen H. Moore

Oh, what could be better
Than reading in bed,
Or thinking about
All the books that you’ve read?

Books - by Solveig Paulson Russell

Books are friends who take you far
Wherever you would go,
From torrid lands and jungle ways
To northern fields of snow.

Books - by Helen H. Moore

If you read a few, then you’ll know it’s true,
Books are good for you!
Chefs read cook books,
Pirates? “Hook” books!
Little kids read lift-and-look books!
We read books of poems and prose -
Some of these and some of those.
Read some too, and you’ll agree,
Books are good for you and me!

Books - by Eileen Burkard Norris

Books
Lead folks
To other lands.

Books
Bind folks
With friendship’s bands.

What Is A Book? - by Lora Daunt

A book is pages, pictures and words
A book is animals, people and birds
A book is stories of queens and kings
Poems and songs-so many things!
Curled in a corner where I can hide
With a book I can journey far and wide
Though it’s only paper from end to end
A book is a very special friend.


Adventures With Books - by Leland B. Jacobs

Books are ships that sail the seas
To lands of snow or jungle trees
And I’m the captain bold and free
Who will decide which place we’ll see
Come let us sail the magic ship

Books To The Ceiling - by Arnold Lobel

Books to the ceiling
Books to the sky
My piles of books are a mile high
How I love them
How I need them
I’ll have a long beard by the time
I read them

Open A Book - by Jane Baskwill

Open a book
And you will find
People and places of every kind

Good Books, Good Time! - by Jane Baskwill

Good books.
Good times.
Good stories.
Good rhymes.

Pesta Pelanduk - Pelanduk/Kancil

Pada suatu hari Pelanduk berkata kepada ke­dua temannya, yaitu Kera dan Kura-kura, “Mari kita berpesta di kebun pisang di tepi Sungai Merah.”

Kedua temannya setuju dan mereka berangkat ke sana bersama-sama.

Sewaktu sampai di kebun pi­sang, Kera berkata, “Hanya aku saja yang dapat memanjat. Aku akan memanjat pohon pisang itu dan melemparkan pisangnya ke bawah. Masing-masing mendapat bagian yang sama.”

Monday, June 21, 2010

Pelanduk Mengalahkan Raja Buaya - Pelanduk/Kancil

Pelanduk melompat-lompat di tebing sungai sambil membuat suara gaduh sekali. la sedang memperhatikan lumpur di pantai yang menandakan air akan surut.

Mengapa kau terlalu gembira?” tegur Raja Buaya yang sedang berendam dan dengan pandainya menyembunyikan tubuhnya dalam lumpur. Hanya mata dan moncongnya saja yang kelihatan.

Monday, June 14, 2010

Keadilan Dan Kelaliman - Kisah Nasrudin

Tak lama setelah menduduki kawasan Anatolia, Timur Lenk mengundangi para ulama di kawasan itu. Setiap ulama beroleh pertanyaan yang sama.

“Jawablah, apakah aku adil ataukah lalim. Kalau menurutmu aku adil, maka dengan keadilanku engkau akan kugantung. Sedang kalau menurutmu aku lalim, maka dengan kelalimanku engkau akan kupenggal.”

Keledai Membaca - Kisah Nasrudin

Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati.

Tetapi Timur Lenk berkata, “Ajari keledai itu membaca. Dalam dua minggu, datanglah kembali ke mari, dan kita lihat hasilnya.”

Itik Berkaki Satu - Kisah Nasrudin

Sekali lagi Nasrudin diundang Timur Lenk. Nasrudin ingin membawa buah tangan berupa itik panggang. Sayang sekali, itik itu telah dimakan Nasrudin sebuah kakinya pagi itu. Setelah berpikir-pikir, akhirnya Nasrudin membawa juga itik panggang berkaki satu itu menghadap Timur Lenk.

Gelar Timur Lenk - Kisah Nasrudin

Timur Lenk mulai mempercayai Nasrudin, dan kadang mengajaknya berbincang soal kekuasaannya.

“Nasrudin,” katanya suatu hari, “Setiap khalifah di sini selalu memiliki gelar dengan nama Allah. Misalnya: Al-Muwaffiq Billah, Al-Mutawakkil ‘Alallah, Al-Mu’tashim Billah, Al-Watsiq Billah, dan lain-lain. Menurutmu, apakah gelar yang pantas untukku ?”

Timur Lenk Di Dunia - Kisah Nasrudin

Timur Lenk masih meneruskan perbincangan dengan Nasrudin soal kekuasaannya.

“Nasrudin! Kalau setiap benda yang ada di dunia ini ada harganya, berapakah hargaku?”

Nasrudin Pemungut Pajak - Kisah Nasrudin

Pada masa Timur Lenk, infrastruktur rusak, sehingga hasil pertanian dan pekerjaan lain sangat menurun. Pajak yang diberikan daerah-daerah tidak memuaskan bagi Timur Lenk. Maka para pejabat pemungut pajak dikumpulkan. Mereka datang dengan membawa buku-buku laporan. Namun Timur Lenk yang marah merobek-robek buku-buku itu satu per satu, dan menyuruh para pejabat yang malang itu memakannya. Kemudian mereka dipecat dan diusir keluar.

Nasrudin Memanah - Kisah Nasrudin

Sesekali, Timur Lenk ingin juga mempermalukan Nasrudin. Karena Nasrudin cerdas dan cerdik, ia tidak mau mengambil resiko beradu pikiran. Maka diundangnya Nasrudin ke tengah-tengah prajuritnya. Dunia prajurit, dunia otot dan ketangkasan.

Teori Kebutuhan - Kisah Nasrudin

Nasrudin berbincang-bincang dengan hakim kota. Hakim kota, seperti umumnya cendekiawan masa itu, sering berpikir hanya dari satu sisi saja. Hakim memulai,

“Seandainya saja, setiap orang mau mematuhi hukum dan etika, …”

Perusuh Rakyat - Kisah Nasrudin

Kebetulan Nasrudin sedang ke kota raja. Tampaknya ada kesibukan luar biasa di istana. Karena ingin tahu, Nasrudin mencoba mendekati pintu istana. Tapi pengawal bersikap sangat waspada dan tidak ramah.

“Menjauhlah engkau, hai mullah!” teriak pengawal. (Nasrudin dikenali sebagai mullah karena pakaiannya)

Api - Kisah Nasrudin

Hari Jumat itu, Nasrudin menjadi imam Shalat Jumat. Namun belum lama ia berkhotbah, dilihatnya para jamaah terkantuk-kantuk, dan bahkan sebagian tertidur dengan lelap. Maka berteriaklah Sang Mullah,

“Api! Api! Api!”

Yang Benar-benar Benar - Kisah Nasrudin

Nasrudin sedang menjadi hakim di pengadilan kota. Mula-mula ia mendengarkan dakwaan yang berapi-api dengan fakta yang tak tersangkalkan dari jaksa.

Setelah jaksa selesai dengan dakwaannya, Nasrudin berkomentar, “Aku rasa engkau benar.”

Tampak Seperti Wujudmu - Kisah Nasrudin

Nasrudin sedang merenungi harmoni alam, dan kebesaran Penciptanya.

“Oh kasih yang agung.
Seluruh diriku terselimuti olehMu.
Segala yang tampak oleh mataku.
Tampak seperti wujudMu.”

Mimpi Relijius - Kisah Nasrudin

Nasrudin sedang dalam perjalanan dengan pastur dan yogi. Pada hari kesekian, bekal mereka tinggal sepotong kecil roti. Masing-masing merasa berhak memakan roti itu. Setelah debat seru, akhirnya mereka bersepakat memberikan roti itu kepada yang malam itu memperoleh mimpi paling relijius. Tidurlah mereka.

Belajar Kebijaksanaan - Kisah Nasrudin

Seorang darwis ingin belajar tentang kebijaksanaan hidup dari Nasrudin. Nasrudin bersedia, dengan catatan bahwa kebijaksanaan hanya bisa dipelajari dengan praktek. Darwis itu pun bersedia menemani Nasrudin dan melihat perilakunya.

Nasib Dan Asumsi - Kisah Nasrudin

“Apa artinya nasib, Mullah ?”

“Asumsi-asumsi.”

“Bagaimana ?”

Orientasi Pada Baju - Kisah Nasrudin

Nasrudin diundang berburu, tetapi hanya dipinjami kuda yang lamban. Tidak lama, hujan turun deras. Semua kuda dipacu kembali ke rumah. Nasrudin melepas bajunya, melipat, dan menyimpannya, lalu membawa kudanya ke rumah. Setelah hujan berhenti, dipakainya kembali bajunya. Semua orang takjub melihat bajunya yang kering, sementara baju mereka semuanya basah, padahal kuda mereka lebih cepat.

Menjual Tangga - Kisah Nasrudin

Nasrudin mengambil tangganya dan menggunakannya untuk naik ke pohon tetangganya. Tetapi sang tetangga memergokinya.

“Sedang apa kau, Nasrudin ?”

Jatuh Ke Kolam - Kisah Nasrudin

Nasrudin hampir terjatuh ke kolam. Tapi orang yang tidak terlalu dikenal berada di dekatnya, dan kemudian menolongnya pada saat yang tepat. Namun setelah itu, setiap kali bertemu Nasrudin orang itu selalu membicarakan peristiwa itu, dan membuat Nasrudin berterima kasih berulang-ulang.

Pada Sebuah Kapal - Kisah Nasrudin

Nasrudin berlayar dengan kapal besar. Cuaca cerah menyegarkan, tetapi Nasrudin selalu mengingatkan orang akan bahaya cuaca buruk. Orang-orang tak mengindahkannya.

Jubah Hitam - Kisah Nasrudin

Nasrudin berjalan di jalan raya dengan mengenakan jubah hitam tanda duka, ketika seseorang bertanya, “Mengapa engkau berpakaian seperti ini, Nasrudin? Apa ada yang meninggal.”

“Yah,” kata sang Mullah, “Bisa saja terjadi tanpa kita diberi tahu.”

Pelayan Raja - Kisah Nasrudin

Nasrudin menjadi orang penting di istana, dan bersibuk mengatur urusan di dalam istana. Suatu hari raja merasa lapar. Beberapa koki menyajikan hidangan yang enak sekali.

“Tidakkah ini sayuran terbaik di dunia, Mullah ?” tanya raja kepada Nasrudin.
“Teramat baik, Tuanku.”

Sama Rata Sama Rasa - Kisah Nasrudin

Seorang filosof menyampaikan pendapat, “Segala sesuatu harus dibagi sama rata.”

“Aku tak yakin itu dapat dilaksanakan,” kata seorang pendengar yang skeptik.

“Tapi pernahkah engkau mencobanya ?” balas sang filosof.

Manipulasi Deskripsi - Kisah Nasrudin

Nasrudin kehilangan sorban barunya yang bagus dan mahal. Tidak lama kemudian, Nasrudin tampak menyusun maklumat yang menawarkan setengah keping uang perak bagi yang menemukan dan mengembalikan sorbannya.

Seseorang protes, “Tapi penemunya tentu tidak akan mengembalikan sorbanmu. Hadiahnya tidak sebanding dengan harga sorban itu.”

“Nah,” kata Nasrudin, “Kalau begitu aku tambahkan bahwa sorban itu sudah tua, kotor, dan sobek-sobek.”

Umur Nasrudin - Kisah Nasrudin

“Berapa umurmu, Nasrudin ?”

“Empat puluh tahun.”

“Tapi beberapa tahun yang lalu, kau menyebut angka yang sama.”

“Aku konsisten.”

Bahasa Kurdi - Kisah Nasrudin

Tetangga Nasrudin ingin belajar bahasa Kurdi. Maka ia minta diajari Nasrudin. Sebetulnya Nasrudin juga belum bisa bahasa Kurdi selain beberapa patah kata. Tapi karena tetangganya memaksa, ia pun akhirnya bersedia.

Harga Kebenaran - Kisah Nasrudin

Seperti biasanya, Nasrudin memberikan pengajaran di mimbar.

“Kebenaran,” ujarnya “adalah sesuatu yang berharga. Bukan hanya secara spiritual, tetapi juga memiliki harga material.”

Yang Tersulit - Kisah Nasrudin

Salah seorang murid Nasrudin di sekolah bertanya, “Manakah keberhasilan yang paling besar, orang yang bisa menundukkan sebuah kerajaan, orang yang bisa tetapi tidak mau, atau orang yang mencegah orang lain melakukan hal itu?”

Harmoni Buah-buahan - Kisah Nasrudin

Nasrudin bersantai di bawah pohon arbei di kebunnya. Dilihatnya seluruh kebun, terutama tanaman labu yang mulai berbuah besar-besar dan ranum. Seperti biasa, Nasrudin merenung.

Cara Membaca Buku - Kisah Nasrudin

Seorang yang filosof dogmatis sedang meyampaikan ceramah. Nasrudin mengamati bahwa jalan pikiran sang filosof terkotak-kotak, dan sering menggunakan aspek intelektual yang tidak realistis. Setiap masalah didiskusikan dengan menyitir buku-buku dan kisah-kisah klasik, dianalogikan dengan cara yang tidak semestinya.

Jangan Terlalu Dalam - Kisah Nasrudin

Telah berulang kali Nasrudin mendatangi seorang hakim untuk mengurus suatu perjanjian. Hakim di desanya selalu mengatakan tidak punya waktu untuk menandatangani perjanjian itu. Keadaan ini selalu berulang sehingga Nasrudin menyimpulkan bahwa si hakim minta disogok. Tapi — kita tahu — menyogok itu diharamkan. Maka Nasrudin memutuskan untuk melemparkan keputusan ke si hakim sendiri.

Penyelundup - Kisah Nasrudin

Ada kabar angin bahwa Mullah Nasrudin berprofesi juga sebagai penyelundup. Maka setiap melewati batas wilayah, penjaga gerbang menggeledah jubahnya yang berlapis-lapis dengan teliti. Tetapi tidak ada hal yang mencurigakan yang ditemukan. Untuk mengajar, Mullah Nasrudin memang sering harus melintasi batas wilayah.

Tampang Itu Perlu - Kisah Nasrudin

Nasrudin hampir selalu miskin. Ia tidak mengeluh, tapi suatu hari istrinyalah yang mengeluh.

“Tapi aku mengabdi kepada Allah saja,” kata Nasrudin.

Membedakan Kelamin - Kisah Nasrudin

Seorang tetangga Nasrudin telah lama bepergian ke negeri jauh. Ketika pulang, ia menceritakan pengalaman-pengalamannya yang aneh di negeri orang.

“Kau tahu,” katanya pada Nasrudin, “Ada sebuah negeri yang aneh. Di sana udaranya panas bukan main sehingga tak seorangpun yang mau memakai pakaian, baik lelaki maupun perempuan.”

Nasrudin senang dengan lelucon itu. Katanya, “Kalau begitu, bagaimana cara kita membedakan mana orang yang lelaki dan mana yang perempuan?”

Miskin Dan Sepi - Kisah Nasrudin

Seorang pemuda baru saja mewarisi kekayaan orang tuanya. Ia langsung terkenal sebagai orang kaya, dan banyak orang yang menjadi kawannya. Namun karena ia tidak cakap mengelola, tidak lama seluruh uangnya habis. Satu per satu kawan-kawannya pun menjauhinya.